Menyantap Lezatnya Lontong Sambel Mbah Jami

Lontong sambel Mbah Jami, cita rasa kelezatan kuliner khas desa. (Badiatul Muchlisin Asti)

Sejatinya, sajian kuliner lezat tak melulu ada di resto atau rumah makan mewah. Bahkan, sajian ala kampung di warung sederhana, seringkali lebih otentik kelezatannya, sehingga begitu ngangeni. Salah satunya, menurut saya, adalah sajian kuliner lontong sambel di Warung Mbah Jami yang berada di Dusun Pojok, Desa Kalirejo, Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.

Warung Mbah Jami ini penampilannya amat sederhana ala warung-warung desa pada umumnya. Sajian unggulannya adalah lontong sambel yang sangat khas, yang saya tidak atau belum menjumpainya ada di daerah lain. Sehingga saya berkesimpulan, lontong sambel ini adalah sajian khas Desa Kalirejo—kampung halaman saya.

Di Desa Kalirejo, sependek yang saya tahu, sajian lontong sambel ini dapat diperoleh di dua warung. Pertama; Warung Mbah Jar yang terletak di Dusun Beru. Warung Mbah Jar saat ini dikelola oleh Mbak Tin, anak perempuan Mbah Jar, sepeninggal Mbah Jar. Lalu, kedua; Warung Mbah Jami di Dusun Pojok yang tengah saya bahas.

Seporsi Lontong Sambel Mbah Jami Kala Reuni

Saya pertama kali mencicipi lontong sambel Mbah Jami persis setahun lalu (22/12/2021), saat acara reuni teman-teman sekelas, alumni SD Kalirejo 2 yang lulus tahun 1989. Kebetulan reuni diadakan di rumah Sulipah Endang Jahri—saya biasa memanggilnya Mbak Sulipah, teman sekelas saya di SD yang merupakan anak mbarep Mbah Jami. 

Kang Pangat menikmati lontong sambel Mbah Jami. (Badiatul Muchlisin Asti)

Rumah Mbak Sulipah persis berdampingan dengan rumah dan warung Mbah Jami. Sehingga dalam acara reuni tersebut, salah satu menu yang disajikan adalah lontong sambel Mbah Jami—yang ternyata sangat enak. 

Tempo hari, Minggu (18/12/2022) sore, saya berkesempatan menyambangi rumah Mbak Sulipah, diitemani Supangat—atau saya biasa menyapanya Kang Pangat, teman masa kecil saya yang juga teman sekelas di SD, yang dulu juga hadir di reuni. Misinya selain silaturahmi, tentu adalah menuruti keinginan menikmati lontong sambel Mbah Jami.     

Bagi saya, lontong sambel Mbah Jami adalah potret kuliner khas desa yang terjaga otentisitas cita rasa kelezatannya. Mbah Jami sendiri, menurut cerita, telah berjualan lontong sambel sejak tahun 1970-an—sebuah masa tempuh yang sangat panjang. Sepanjang itu, cita rasa kelezatan lontong sambel Mbah Jami, menurut saya, terjaga keotentikannya.  

Lontong Campur Versi Minimalis

Secara presentasi, lontong sambel identik dengan lontong campur—yang juga sajian kuliner khas Grobogan. Namun lontong sambel adalah lontong campur versi minimalis dari sisi bumbu (sambal kacang)-nya.

Seporsi lontong sambel ditemani sepiring mendoan dan segelas kopi panas. (Badiatul Muchlisin Asti)

Bumbu sambal kacang dalam lontong sambel hanyalah cabai rawit dan bawang putih mentah yang diulek dengan kacang tanah goreng. Ini berbeda dengan bumbu sambal kacang dalam lontong campur yang lebih kompleks. 

Seporsi lontong sambel Mbah Jami, terdiri dari potongan lontong yang diberi potongan tahu goreng dan taoge mentah, lalu diguyur dengan sambal kacang yang baru dibuat. Kemudian dibubuhi kecap manis dan ditaburi bawang merah goreng yang gurih dan renyah. Meski minimalis, tapi cita rasanya tak boleh diremehkan. Sangat lezat. 

Sebagai teman menyantap lontong sambel, tersedia mendoan dan bakwan, yang semakin mendongkrak cita rasa kelezatannya.  Minumnya bisa pilih sesuai selera: teh manis hangat atau es teh manis. Ada juga kopi yang sangat nikmat diserutup di sore hari. 

Bagi saya, lontong sambel Mbah Jami adalah representasi sajian kuliner khas desa yang membuncahkan kelezatan yang ngangeni dan nglangeni. Silakan dibuktikan!