Kak Erwin, Diploma Teknik Kimia yang 'Tersesat' Jadi Juru Cerita

 

Gaya Kak Erwin sebagai juru cerita. (Istimewa)

Saya lupa persisnya sejak kapan saya mulai mengenalnya. Ketika itu, ia seorang penyiar radio di Purwodadi FM—stasiun radio milik Pemkab Grobogan. Ia pernah mengundang saya ke radio tersebut untuk sebuah acara inspirasi. Saya diwawancara seputar aktivitas kepenulisan saya.

Sejak saat itulah saya mengenalnya dan bersahabat—meski belum begitu intens dan akrab. Ia bernama asli Nur Setyo Pambudi atau publik lebih mengenalnya dengan sapaan Kak Erwin—nama tenarnya sebagai penyiar radio.

Januari 2011, lewat inbox facebook, ia menghubungi saya dan meminta izin ngamen—istilah darinya—yang maksudnya adalah mendongeng di sekolah (RA) yang saya kelola. Seketika langsung saya jawab “oke”. Dan pada Senin, 24 Januari 2011, ia datang dengan membawa boneka tangan dan mendongeng di depan anak-anak di sekolah yang saya kelola.

Ternyata itu adalah debut mendongeng pertamanya sebelum kemudian ia menjadi pendongeng atau juru kisah yang kondang kawentar seperti saat ini. Saat ini, namanya sudah sohor. Ia tidak hanya telah menyapa anak-anak di hampir seluruh pelosok Grobogan dengan kisah-kisahnya. Tapi juga telah menuturkan kisah-kisah teladannya ke anak-anak di lintas kabupaten, bahkan lintas provinsi.

Sejak mendongeng di sekolah saya itu, saya semakin akrab dengannya. Dan secara periodik  mengundangnya ke sekolah yang saya kelola, untuk mendongeng, hingga sekarang.

Peduli Jalan Lubang

Setelah mengenalnya, Kak Erwin—demikian saya juga biasa menyapanya—adalah sosok unik yang pernah saya kenal. Nanti saya akan cerita letak keunikannya di mana. Sebelum ke situ, saya ingin menceritakan bagian ini terlebih dulu. 

Kak Erwin (tengah) saat launching gerakan KPJLG di Rumah Makan Soso, Jalan Hayam Wuruk, Purwodadi, pada Jumat (6/5/2011). (Istimewa)

April 2011, lagi-lagi lewat inbox facebook, Kak Erwin menghubungi saya dan mengajak saya untuk terlibat dalam sebuah aksi sosial. Sejujurnya, saya agak gamang dengan ajakan itu. Namun Kak Erwin berhasil meyakinkan saya, hingga saya mengiyakan ajakannya.

Akhirya, pada Jumat, 6 Mei 2011, lima orang meliputi saya (penulis), Kak Erwin (penyiar radio),  Sugiyanto alias Ndoro Sugi (fotografer), Nur Cholis (guru), dan Suwantono (guru), secara resmi melaunching sebuah gerakan sosial yang kemudian populer dengan sebutan gerakan Koin Peduli Jalan Lubang Grobogan (KPJLG). Ketika itu jalan di wilayah Grobogan memang banyak yang parah.

Launching dilakukan di Rumah Makan Soso, Jalan Hayam Wuruk, Purwodadi. Kak Erwin sebagai inisiator didaulat sebagai koordinator gerakan. Gerakan KPJLG ini kayaknya cukup menyedot perhatian. Launching KPJLG diliput hampir semua koran mainstream ketika itu. Suara Merdeka, Solopos, Kedaulatan Rakyat, dan lainnya, merilis berita launching itu keesokan harinya—yang kemudian sepertinya menyengat pihak penguasa.

Kuliahnya Apa Jadi Apa?

Meski gerakan itu tinggal kenangan, namun sesungguhnya, inisiasi KPJLG menyiratkan sisi unik sosok Kak Erwin. Bagi saya, Kak Erwin memang sosok unik. Setidaknya bila dilihat dari sisi studinya yang “jaka sembung naik ojek” alias gak nyambung jek dengan pasison-nya—yang sebenarnya merupakan fenomena umum di Indonesia.

Gaya Kak Erwin saat mendongeng bersama bonekanya yang diberi nama Cuncun. (Badiatul M. Asti)

Di mata saya, Kak Erwin itu sosok multi talenta. Lebih ke punya bakat seni ketimbang berkutat di latar belakang studinya yang farmasi dan teknik kimia. Bisa nggitar sehingga pernah ngamen. Bisa melukis sehingga pernah menghadiahi saya lukisan wajah saya dengan gaya karikatural.

Sehingga tak aneh, bila perjalanan hidupnya makin ke sini justru makin jauh dari latar studinya. Kayaknya ilmu hasil sekolah (farmasi) dan kuliah (teknik kimia)-nya, gak membekas pada dirinya.

Sebelum malang melintang sebagai juru kisah, juru cerita, pendongeng—atau apapun namanya seperti saat ini, ia adalah seorang penyiar radio. Dari penyiar radio lalu beralih menjadi juru kisah profesional—yang belakangan saya tahu, ia “melebarkan sayap” dengan membuat tim outbound yang disebutnya dengan istilah Dobaba alias Dolanan Bareng-bareng.

Buku "Resep Mujarab Lihai Mendongeng" karya Kak Erwin.

Oh ya, penting didiketahui, komitmennya terhadap dunia kisah, ia wujudkan dalam sebuah buku yang berjudul Resep Mujarab Lihai Mendongeng, Membentuk Akhlak Anak Melalui Cerita (2017). Buku itu saya edit dan terbitkan melalui penerbitan yang saya kelola: CV. Hanum Publisher. Menurut Kak Erwin dalam sebuah podcast bersama saya, buku itu ia tulis berkat “kutukan” dari saya hahaha....suatu hari saat ia memoderatori saya dalam sebuah diskusi kepenulisan. Begitulah.

Simak perbincangan saya dengan Kak Erwin dalam sebuah video podcast di Rumah Pustaka BMA: