Palipuro dan Pelukis-pelukis Hebat Grobogan

Saya bersama para pelukis Grobogan dalam acara Nggambar Bareng Palipuro di Alun-alun Purwodadi pada Minggu (29/5/20022). (Wahyu K)

Komunitas itu bernama Palipuro, kepanjangan dari “Perkumpulan Pelukis Purwodadi Grobogan”. Salah satu pendiri komunitas itu bernama  Didik Budiarto yang sudah cukup lama saya kenal. Di Palipuro, selain sebagai salah satu pendiri, Mas Didik—begitu saya biasa menyapanya—adalah nahkoda alias ketua komunitas berbasis seniman lukis ini.

Dari status yang dibagikan di akun facebook-nya beberapa waktu lalu, saya tahu Palipuro akan punya event pada hari Minggu (29/5/2022). Event internal—kopdar dan temu kangen anggota Palipuro yang dikemas dalam acara Nggambar Bareng Palipuro. Tempat acaranya di Alun-alun Purwodadi.

Sejak pandemi covid-19, seperti pelbagai komunitas lainnya, Palipuro tidak berkegiatan tatap muka. Komunikasi dan silaturahmi dijalin secara daring lewat media sosial. Boleh dikata, pertemuan pada Minggu itu adalah pertemuan pertama setelah dua tahun pandemi mereka tiarap, tidak berkegiatan tatap muka sama sekali.

Meski saya bukan anggota Palipuro—dan selama ini juga buta dan apatis soal seni lukis-melukis—tapi saya tertarik untuk ikut nimbrung pada acara tersebut. Maka, pada hari Minggu itu, saya bertolak merapat ke kegiatan para seniman lukis di Alun-alun Purwodadi itu. Saya ingin mengenal dan menjalin silaturahmi dengan mereka.

Pelukis-pelukis Hebat

Ketika saya hadir di tengah-tengah mereka, saya tak menyangka, saya bisa bertemu dengan para pelukis Grobogan yang ternyata tidak hanya memiliki reputasi nasional, tapi juga sudah berkelas internasional. Karya lukisan mereka sudah malang melintang di berbagai kompetisi dan pameran, baik tingkat lokal, regional, nasional, bahkan internasional.

Selama ini saya hanya mengenal Djoko Pekik, seniman lukis Indonesia asal Grobogan (lahir tahun 1937) yang tinggal di Jogjakarta. Djoko Pekik dijuluki “Pelukis Satu Milyar” karena harga lukisannya yang menembus angka satu milyar. Ya, lukisan karyanya yang bertajuk “Lukisan Indonesia 1998: Berburu Celeng” menjadi lukisan yang—tidak  hanya melambungkan namanya  dalam pameran lukisan di Jogjakarta pada tahun 1999, namun juga membuatnya mendulang pundi-pundi rupiah karena lukisan itu terjual dengan harga satu milyar rupiah.  

Djoko Pekik (duduk), seniman lukis Indonesia asal Grobogan yang populer dengan julukan "Pelukis Satu Milyar".(Kompas.com)

Ternyata, tak hanya Djoko Pekik, masih ada seniman lukis Grobogan lainnya yang hingga kini punya pamor cukup mentereng di kancah seni lukis Indonesia. Mereka masih sangat muda. Mereka hadir di kegiatan Nggambar Bareng Palipuro di Alun-alun Purwodadi, dan hari Minggu itu saya berkesempatan bertemu dan berbincang santai dengan mereka.

Tanpa menafikan yang lain, setidaknya saya mencatat ada tiga seniman lukis Grobogan yang—setelah saya menelusuri jejak mereka, saya mendapatkan jejak yang cukup mengagumkan. Siapa saja mereka? Ini selayang profilnya:

J Kuncung

J Kuncung (Wahyu K)

J Kuncung adalah pelukis asal Desa Jenengan, Kecamatan Klambu, Kabupaten Grobogan . Tahun 2003 ia bergabung dengan komunitas seni di Universitas Terbuka Pasar Seni, Ancol, Jakarta. Di komunitas seniman se-Asia Tenggara itu ia tertarik menekuni seni lukis. Selain aktif mengikuti pameran bersama, ia juga pernah menghelat pameran tunggal bertema “Kuncung” di Pasar Seni Ancol, Jakarta (2018). Tahun 2020, pameran tunggal keduanya bertema “Secret of Jawa” dihelat di Candi Joglo Semar, Purwodadi.   

Ahmad Subandiyo 

Ahmad Subandiyo (Wahyu K)

Pelukis asal Grobogan ini pernah menjadi juara pertama kompetisi Seni Lukis Mandiri Art 2015 dengan mengantongi hadiah Rp 150 juta. Sebelumnya, ikut memamerkan karyanya di pameran bersama 'Cultural Bridge' di Wendt Gallery New York Amerika Serikat (2010) dan mengikuti eksibisi kolektif bersama 'Indonesian Heritage Society Art Fair 2014' di Duta Fine Art, Jakarta Selatan.

Eko Supa

Eko Supa (Wahyu K)

Pelukis asal Purwodadi bernama lengkap Eko Suparyanto ini dikenal sebagai seniman lukis spesialis lukisan karikatur. Aktif mengikuti pameran bersama. Pameran tunggal pertamanya dihelat di Galeri Hadiprana Jakarta tahun 2009 dengan mengusung tema “Orde Batik” yang menggambarkan tokoh-tokoh internasional dalam busana batik.

Beberapa lukisannya menjadi finalis Indonesia Art Awards (2010), Jakarta Art Awards (2010) dan berturut-turut tahun 2011, 2012, dan 2015, lukisannya menjadi finalis UOB Painting of the Year Indonesia, menyisihkan ribuan lukisan yang dikompetisikan.

Lukisannya yang bertajuk “Spirit Selendang” termasuk yang dipamerkan dalam Pameran Temporer Museum Basoeki Abdullah bertema “Spirit Potret” pada tahun 2018. Hingga saat ini Eko Supa masih aktif sebagai pelukis bebas yang mengolah karakter karikatural tokoh-tokoh besar Indonesia dan dunia.

Melihat jejak reputasi mereka, saya berharap Palipuro menjadi wadah yang semakin mengantarkan para pelukis Grobogan semakin kuat pengaruhnya di kancah seni lukis nasional maupun internasional, dan tentu, ikut mewarnai Grobogan dengan lukisan-lukisan yang indah dan penuh makna. Lanjutkan, kawan!

Tonton video mengenal Palipuro--wadah para pelukis di Kabupaten Grobogan berikut: